Rangkuman dari seminar Bunda Elly Risman
Berbagai bentuk penyimpangan perilaku anak (mulai dari yang sederhana: bohong, lelet, malas
sampai ke yang parah: selfie telanjang, kecanduan pornografi, hingga
seks bebas dan same-sex attraction berakar dari kesalahan
pola asuh orang tua.
Ada 13 gaya bicara yang harus DIHINDARI
2. Mengancam
3. Menceramahi
4. Menginterogasi
5. Melabeli
6.
Membandingkan
7. Menghakimi
8. Menyalahkan
9. Mendiagnosis
10. Menyindir
11. Memberi solusi
12. Menyuap
13. Membohongi
Dengan mengubah cara
bicara, dll, manfaat yang akan terasa: respon anak positif, lebih nurut,
masalah yang ada bisa teratasi. Sehingga kita lebih tenang dalam
menghadapi anak dan ga banyak energi keluar untuk ngomel. Syaratnya KONSISTEN dan SABAR, in syaa Allah akan ada respon positif dari anak.
1. MEMERINTAH
Kenapa kok kita ga boleh memerintah anak (apalagi disertai bentakan)? Karena
anak jadi pasif, ga mandiri, ga ada inisiatif/kreatif dan ibu juga capek
nyuruh-nyuruh terus.
Kalo kita ingin anak berbuat sesuatu, ajak dan
terangkan alasannya. ‘Nak, yuk sholat, mama temani’ atau ‘nak, yuk bereskan
mainanmu, supaya rumah kita rapi’.
In syaa Allah, anak lama-lama akan terbiasa dan akan melakukan hal-hal tersebut atas
inisiatif sendiri
Kebiasaan nyuruh-nyuruh membuat anak pasif. Misal nilai matematika jelek,
jangan disuruh-suruh belajar atau les tapi ajak bicara/diskusi, usahakan
sampai anak menemukan sendiri apa sebab nilainya jelek dan dia sendiri
yg bilang ‘aku ingin les!’ jadi anak ada rasa tanggung jawab, dia les
bukan karena ‘disuruh ibu’, tapi karena dia merasa perlu les.
2. MENGANCAM
Para ibu paling ahli mengancam: “kalo gak makan, mama tinggal! Kalo
nakal, mama kurung di kamar mandi!” Akibatnya, anak nurut karena takut,
bukan karena kesadaran. Anak jadi penakut, mau saja diajak-ajak hal negatif
sama teman-temanya karena takut ancaman.
Ada yang bilang, sah-sah
saja mengancam anak, toh Allah di Quran jg mengancam dengan siksa yang pedih!
Jawabannya: ancaman Allah itu kan hukum utk org yg baligh (sdh ada taklif).
Untuk anak-anak, kita sampaikan wajah Jamal (indah) Allah dulu.. Nak,
sholat..supaya kita disayang Allah.. Nak, Allah itu baik, sudah kasih
ini.. itu .. yuk kita berterimakasih.. caranya dengan sholat..
Menurut
penelitian, otak kiri dan kanan anak tersambung syaraf-syarafnya pada usia 9 th dan saat itu dia bisa menghubungkan sebab-akibat yg abstrak (“ghaib”).
Jadi itulah saat ideal kita kenalkan “hukuman” Allah bahwa manusia yang
tidak patuh akan mendapat siksa, masuk neraka.
In syaa Allah dengan proses ini,
anak beribadah dengan landasan cinta dan syukur, bukan semata takut pada
neraka. Aamiin.-
Catatan Pribadi:
Saya lebih suka dengan istilah konsekuensi, dimana Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Pencipta memberikan pilihan kepada umatNya
Saya lebih suka dengan istilah konsekuensi, dimana Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Pencipta memberikan pilihan kepada umatNya
Hai manusia Kuciptakan surga dan neraka untukmu, SURGA dimana di bawahnya mengalir air sungai jernih semanis madu serta buah-buahan yang lezat dan NERAKA dimana panas api neraka akan membakarmu. Jika kamu ingin masuk surga maka berimanlah kepadaKu, tegakkan shalat, tunaikan zakat. Jika kamu ingin masuk neraka kerjakan yang sebaliknya
(penjelasan ini yang saya sampaikan kepada Arya saat kami membahas tafsir QS At Tiin)
3. MENCERAMAHI
Jangan suka menceramahi anak ya, coba ingat-ingat lagi, dulu waktu kecil, kalo diceramahi ortu rasanya gimana? Bete, sebel, dan dalam hati bilang ‘sok tau banget!’
Atau ‘cerewet!’ Ya nggak?
Lebih baik ajak anak berdiskusi dalam
suasana santai.
4. MENGINTEROGASI
Terutama untuk anak remaja, gaya interogasi
malah bikin mereka kesal dan semakin menjauh dari ortu. Anak pulang
telat, ibu langsung bergaya polisi, “Darimana tadi? Sama siapa? Ngapain
aja? Tadi habis les sama temen2, kalian mampir dulu di cafe ya? Kamu
coba-coba ngerokok ya, kok bau rokok?!”
Tujuan ortu tentu baik, tapi
caranya yang kurang tepat
5. MEMBERI LABEL/CAP
Ibu sering
ngomel: kamu lelet, nakal, bandel, ceroboh, dll. Kalo ibu marah biasanya
ga puas kalo ga berkata, “kamu kok ga pernah nurut/dengerin ibu sih?!”
Memberi cap akan membentuk citra diri anak. Ketika dia dikatai berulang-ulang bahwa dia lelet atau bodoh atau bandel, dia lama2 akan merasa bahwa dirinya
memang demikian. Akhirnya lama-lama dia akan cuek, pasif dan berpikiran “emang
aku ya begini ini, situ mau apa?!”
Jadi biasakan ucapkan kata-kata yg
membentuk citra positif anak, puji anak sesuai apa yang dilakukan
(berlebihan memuji juga tidak baik, akan membuat anak narsis). Ungkapkan
perasaan ibu. Misal, “Nak, ibu kesal kalau kamu bla..bla..bla...”
6. MEMBANDINGKAN
Tujuan Ortu membanding-bandingkan anak adalah supaya anak termotivasi, “belajar
yang rajin dong, kayak kakak..Liat kakak tuh, juara terus, kamu kok
enggak?”
Ada beberapa kasus ekstrim yg ditemukan guru parenting
saya, akibat ibu/ortu suka membandingkan. Salah satunya, ada perempuan dewasa, kena
kanker parah. Saat diterapi, keluar masalahnya: dia selama ini tertekan
karena sejak kecil ibunya ga pernah puas sama dia, selalu dibandingkan dengan kakaknya.
7. MENGHAKIMI
Contoh, kakak berantem sama adik, lalu ibu
tanpa mau meneliti dulu langsung bilang “kakak jangan nakal sama adik!”,
atau anak nilainya jelek, “ini pasti gara2 kamu main game melulu!”
Tujuan si ibu ngomong gitu adalah untuk memperbaiki perilaku anak, ya kan? Tapi
sayang, cara ini ga ngefek. Anak akan merasa sakit hati (terutama kalo
dia merasa benar/dituduh secara salah). Lama-lama dia merasa ga disayang,
disalahin melulu, dst.
Ketika anak masih kecil, mungkin masih bisa kita kontrol tapi ketika sudah remaja,
jika komunikasi dengan ortu ga bagus, anak akan menjauh dan lebih mendengar
kata-kata temannya.
Teknik paling ngefek dalam membangun komunikasi dengan
anak adalah dengan cara bertanya (bukan menginterogasi lho) dan dengar jawabannya. Jadi
jangan buru-buru menghakimi, biarkan anak menyampaikan argumen, lalu giring dia untuk
ambil kesimpulan/penilaian atas perilakunya sendiri. Ini juga berdampak
positif: melatih anak berpikir dan menyusun argumen.
8. MENYALAHKAN
Ini sering banget kita lakukan dan terasa wajar. Misal anak numpahin
minuman di karpet “ya ampun! Kok numpahin minum aja sih? Liat ni karpet
jadi kotor! Hati2 dong!”
Mungkin kita bertanya-tanya emang anak
salah, kok ga boleh disalahin? Problemnya ada di gaya bicara. Kalo anak
salah ya kita kasih tau, tapi bukan dengan menyalahkan (apalagi plus ngomel,
marah, atau melabeli “dasar kamu memang ceroboh!”)
Seperti sudah saya
bilang sebelumnya, tujuan kita belajar gaya bicara yang benar adalah agar
komunikasi ortu-anak terbangun baik sehingga berbagai masalah besar di
masa depan bisa dihindari. Anak yg disalah2in melulu akan tumbuh jd orang yang
ga pede, ga kreatif (selalu takut salah), mungkin bisa jadi pembohong (daripada
disalahin, mending bohong aja),dll.
Ini yang musti dilatih supaya ortu terbiasa. Jadi refleks saat anak berbuat kesalahan upayakan bukan berupa “menyalahkan”, coba ganti kalimat
lain misalnya “waduuh.. jatuh ya.. ayo bantu ibu ngelap karpetnya.. ”
(pokoknya tahan lidah, jangan sampai meledak nyalah2in). Saat itupun anak
sudah tau kok kalau dia salah. Juga jangan ibu langsung bersihkan sendiri,
libatkan anak, biarin dia ikut bersihin.ga bersih gpp, kan masih kecil..
Ibu bantuin bersihkan (bareng2). Di sini ada yang dipelajari anak: menahan
emosi (karena anak belajar dengan meniru sikap ibu), bertanggung jawab dan dia
tau kalo ga hati-hati, akan ada akibatnya
9. MENDIAGNOSIS / MENGANALISIS
Misal tadi, anak jatuh dan minuman di gelas tumpah ke karpet. Ibu ga
marah tp bilang gini, “adek tadi pasti jalannya sambil ngelamun ya? trus jadi ga liat nih ada mainan di atas karpet. Coba kalo tadi adek jalan pelan aja, perhatiin kakinya, jangan sampai kesandung..pasti ga bakal tumpah
nih susunya.. ”
Kebayang kalo ibu-ibu terbiasa ngomong gini..sampai
anak remaja masih rajin menganalisis, pasti dalam hati mereka akan bilang
“bawel amat sih emak gue! Sok tau banget!”
Dalam kondisi begini, ga bakal ngefek
ibu nasehat ini-itu karena di pikiran mrk sudah tertanam “ibuku sok tau!”
Gawat kan?
Nah, yang sebaiknya dilakukan adalah BERTANYA (bukan
interogasi ya). “Waduh..adek kok nilai matematikanya jelek?” (Biarkan
anak menganalisis sendiri..jangan langsung bilang “ini pasti karena kamu males
bikin PR!”) Bila komunikasi terjalin baik, anak terbuka curhat..misal
memang dia ga paham penjelasan guru.. Lalu tanya lagi : “menurutmu, jalan
keluarnya apa ya?”
Jadi kalo akhirnya anak les, itu atas
kesadaran si anak (dan dia jadi senang menjalaninya) bukan karena hasil
analisis ibu “ini pasti gurumu emang payah.. udah, mulai besok kamu les
aja!”
10. MENYINDIR
Ibu-ibu sendiri kalo disindir orang enak ga? Pasti
kesel kan? sayangnya banyak jg ibu-ibu yg suka nyindir orang, juga
nyindir anaknya. Anak2 yang disindir ibunya pun tetap sakit hati, merasa
terhina, dan merasa disalahkan.
Contoh: anak lagi sibuk baca buku
cerita, padahal rumah berantakan atau belum cuci piring. Ibu sambil beresin
rumah, bilang “duh, tuan putri, santai banget nih baca buku, emang enak
ya jadi putri, ada pembantu yang ngurusin semuanya!”
11. MEMBERI SOLUSI
“Udah, kamu bobo aja, biar ibu yang beresin mainanmu."
“ya, sini biar
ibu yg bikinin prakarya-nya, kamu kerjakan PR yg lain”
Anak sudah di
sekolah, kirim sms buku PR ketinggalan, ibu buru-buru nganter buku PR ke sekolah.
Anak mau ujian, buku ga ketemu, sambil ngomel, ibu bantu cariin dan
ketemu (kalo ga ketemu, ibu yg pinjem dari anak temennya, lalu ibu yang
fotokopi). Sibuk bangeeeet.. ya kan?
Padahal, kita ibu-ibu nih udah
banyak urusan: ya masak, nyuci, ngitung duit belanja (dan stress kalo duit
ga cukup), taklim, kerja, dll. Masa mau sih merepotkan diri untuk hal-hal yang
seharusnya diurus sendiri oleh anak?
Kebiasaan memberi solusi pada
anak, selain merepotkan diri sendiri juga mendidik anak jadi pribadi
manja, bergantung ke orang, tidak bertanggung jawab, ga kreatif mencari
solusi untuk problemnya sendiri. Maka, STOP berusaha jadi SUPERMOM yang
selalu ingin kasih solusi.
Kalo ada masalah, ajak diskusi:
menurutmu apa yang sebaiknya kamu lakukan? Bantu anak menemukan solusi
masalah, biarkan dia berlatih mikir, bukan kita menyuapinya dengan solusi.
Saat dia sudah memilih solusi, fasilitasi, dampingi.
Misal, anak ga paham-paham matematika. Tanya: menurutmu, musti gimana ya? Kalo dia bilang ingin les,
fasilitasi. Kalo ga ada uang, bilang ke anak, dorong dia mencari alternatif lain. Misal: aku mau belajar sama paman
(kebetulan psmannya mahasiswa matematika), fasilitasi, misalnya dengan cara mengantar
ke rumah paman.
12. MENYUAP.
“Kalau adek ga rewel nanti ibu
beliin eskrim”
“Ssst, main dulu sana. Nanti kalo tamunya sudah pulang
ibu kasih uang buat beli mainan. Sekarang jangan ribut ya! Malu sama tamu”
“Ayo
beresin mainannya, ntar ibu kasih hadiah”
Ibu-ibu, ini namanya menyuap ya. Kita sekarang benci sama
para pejabat yg makan suap tapi kadang kita lupa, sikap senang disuap
itu ditumbuhkan oleh ortu. Jangan sampai anak-anak kita besar jadi penyuka suap,
mau kerja kalo ada uang pelicin, dll.. naudzu billah..
Tujuan kita
menyuap adalah supaya urusan cepet selesai karena itu yang musti diingat:
mendidik anak itu memang BUTUH WAKTU makanya jangan sibuk dengan urusan selain
anak, biar banyak waktu.
Jadi kalo anak nangis, kita tetap tenang, ga
tergoda menyuap.
Lakukan antisipasi: saat mau ada tamu, bilang “Nak,
nanti ibu ada tamu. Kamu yang tenang ya, jangan rewel. Ibu sayang pada
anak yg sopan. Janji ya?”
Siapkan segala macam mainan. Kalau anak rewel:
introspeksi diri jangan-jangan emang udah kelamaan ngobrolnya. Tegas saja ke
tamu: "duh, maaf, obrolannya kita sambung kain waktu ya"
Tapi kalo baru 5
menit anak sudah rewel, mungkin karena sering disuap, artinya anak ga tepati janji.
Katakan baik2: "ibu kecewa kamu ga tepati janji, tolong tunggu 10 menit lagi,
ibu ngobrol dulu dengan tamu, lalu main denganmu dan TEPAT 10 menit, penuhi janji
ibu maka anak akan belajar menepati janji.
13. BERBOHONG
Ada tamu, ibu males menemui, bilang ke anak
“bilang, ibu ga ada!”
Anak minta jajan, “Ibu ga ada uang!” (Padahal
ada, tapi buat keperluan lain)
Anak ga mau makan “ntar ditangkep polisi
lho” (selain ngancem, juga bohong, kan polisi ga akan nangkep org yg mogok
makan)
Akibat dari bohong ya kita semua udah taulah. Kita benci
dibohongi, masa kita latih anak kita jadi pembohong?
komentar:
JLEB..JLEB.. JLEEEEBBBB....
Jelas kita semua paham bahwa 13 gaya komunikasi di atas bukan gaya komunikasi yang baik untuk anak-anak tapi kita tetap melakukannya lagi dan lagi dan lagi.... #duuh
bisa jadi karena kita dulu dididik seperti itu sehingga pola pengasuhannya sudah terpatri di alam bawah sadar kita dan secara tidak sadar kita ulang kembali pada anak-anak kita
Tentu bukan hal yang mudah untuk mengubah itu semua, tapi bukan berarti tidak bisa kan..
yuk kita sama-sama benahi cara komunikasi kita dengan anak, ga usah pasang target tinggi-tinggi, sedikit-sedikit dulu, satu per satu kita coba perbaiki, kalo gagal ya ulangi lagi yang penting ada proses menuju ke arah yang lebih baik
in syaa Allah kita semua akan dimampukan, bukankan Allah berfirman di QS Ar-Ra'd ayat 11
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri"
Wallahu a'lam bissawab
Post a Comment
Post a Comment