13 Kesalahan Komunikasi Orang Tua

Post a Comment
Sumber: FB Lutfia Ayasha dengan sedikit catatan pribadi

Rangkuman dari seminar Bunda Elly Risman

Berbagai bentuk penyimpangan perilaku anak (mulai dari yang sederhana: bohong, lelet, malas sampai ke yang parah: selfie telanjang, kecanduan pornografi, hingga seks bebas dan same-sex attraction berakar dari kesalahan pola asuh orang tua.

Ada 13 gaya bicara yang harus DIHINDARI
1. Memerintah 
2. Mengancam 
3. Menceramahi 
4. Menginterogasi 
5. Melabeli 
6. Membandingkan 
7. Menghakimi 
8. Menyalahkan 
9. Mendiagnosis 
10. Menyindir 
11. Memberi solusi 
12. Menyuap 
13. Membohongi

Dengan mengubah cara bicara, dll, manfaat yang akan terasa: respon anak positif, lebih nurut, masalah yang ada bisa teratasi. Sehingga kita lebih tenang dalam menghadapi anak dan ga banyak energi keluar untuk ngomel. Syaratnya KONSISTEN dan SABAR, in syaa Allah akan ada respon positif dari anak.

1. MEMERINTAH
Kenapa kok kita ga boleh memerintah anak (apalagi disertai bentakan)? Karena anak jadi pasif, ga mandiri, ga ada inisiatif/kreatif dan ibu juga capek nyuruh-nyuruh terus.
Kalo kita ingin anak berbuat sesuatu, ajak dan terangkan alasannya. ‘Nak, yuk sholat, mama temani’ atau ‘nak, yuk bereskan mainanmu, supaya rumah kita rapi’. 
In syaa Allah, anak lama-lama akan terbiasa dan akan melakukan hal-hal tersebut atas inisiatif sendiri

Kebiasaan nyuruh-nyuruh membuat anak pasif. Misal nilai matematika jelek, jangan disuruh-suruh belajar atau les tapi ajak bicara/diskusi, usahakan sampai anak menemukan sendiri apa sebab nilainya jelek dan dia sendiri yg bilang ‘aku ingin les!’ jadi anak ada rasa tanggung jawab, dia les bukan karena ‘disuruh ibu’, tapi karena dia merasa perlu les.

2. MENGANCAM
Para ibu paling ahli mengancam: “kalo gak makan, mama tinggal! Kalo nakal, mama kurung di kamar mandi!” Akibatnya, anak nurut karena takut, bukan karena kesadaran. Anak jadi penakut, mau saja diajak-ajak hal negatif sama teman-temanya karena takut ancaman.

Ada yang bilang, sah-sah saja mengancam anak, toh Allah di Quran jg mengancam dengan siksa yang pedih! Jawabannya: ancaman Allah itu kan hukum utk org yg baligh (sdh ada taklif). 
Untuk anak-anak, kita sampaikan wajah Jamal (indah) Allah dulu.. Nak, sholat..supaya kita disayang Allah.. Nak, Allah itu baik, sudah kasih ini.. itu .. yuk kita berterimakasih.. caranya dengan sholat.. 
Menurut penelitian, otak kiri dan kanan anak tersambung syaraf-syarafnya pada usia 9 th dan saat itu dia bisa menghubungkan sebab-akibat yg abstrak (“ghaib”). Jadi itulah saat ideal kita kenalkan “hukuman” Allah bahwa manusia yang tidak patuh akan mendapat siksa, masuk neraka. 
In syaa Allah dengan proses ini, anak beribadah dengan landasan cinta dan syukur, bukan semata takut pada neraka. Aamiin.-

Catatan Pribadi:  
Saya lebih suka dengan istilah konsekuensi, dimana Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Adil dan Maha Pencipta memberikan pilihan kepada umatNya
Hai manusia Kuciptakan surga dan neraka untukmu, SURGA dimana di bawahnya mengalir air sungai jernih semanis madu serta buah-buahan yang lezat dan NERAKA dimana panas api neraka akan membakarmu. Jika kamu ingin masuk surga maka berimanlah kepadaKu, tegakkan shalat, tunaikan zakat. Jika kamu ingin masuk neraka kerjakan yang sebaliknya
(penjelasan ini yang saya sampaikan kepada Arya saat kami membahas tafsir QS At Tiin)

3. MENCERAMAHI
Jangan suka menceramahi anak ya, coba ingat-ingat lagi, dulu waktu kecil, kalo diceramahi ortu rasanya gimana? Bete, sebel, dan dalam hati bilang ‘sok tau banget!’ Atau ‘cerewet!’ Ya nggak? 
Lebih baik ajak anak berdiskusi dalam suasana santai.

4. MENGINTEROGASI
Terutama untuk anak remaja, gaya interogasi malah bikin mereka kesal dan semakin menjauh dari ortu. Anak pulang telat, ibu langsung bergaya polisi, “Darimana tadi? Sama siapa? Ngapain aja? Tadi habis les sama temen2, kalian mampir dulu di cafe ya? Kamu coba-coba ngerokok ya, kok bau rokok?!” 
Tujuan ortu tentu baik, tapi caranya yang kurang tepat

5. MEMBERI LABEL/CAP
Ibu sering ngomel: kamu lelet, nakal, bandel, ceroboh, dll. Kalo ibu marah biasanya ga puas kalo ga berkata, “kamu kok ga pernah nurut/dengerin ibu sih?!” 
Memberi cap akan membentuk citra diri anak. Ketika dia dikatai berulang-ulang bahwa dia lelet atau bodoh atau bandel, dia lama2 akan merasa bahwa dirinya memang demikian. Akhirnya lama-lama dia akan cuek, pasif dan berpikiran “emang aku ya begini ini, situ mau apa?!”
Jadi biasakan ucapkan kata-kata yg membentuk citra positif anak, puji anak sesuai apa yang dilakukan (berlebihan memuji juga tidak baik, akan membuat anak narsis). Ungkapkan perasaan ibu. Misal, “Nak, ibu kesal kalau kamu bla..bla..bla...”

6. MEMBANDINGKAN
Tujuan Ortu membanding-bandingkan anak adalah supaya anak termotivasi, “belajar yang rajin dong, kayak kakak..Liat kakak tuh, juara terus, kamu kok enggak?”
Ada beberapa kasus ekstrim yg ditemukan guru parenting saya, akibat ibu/ortu suka membandingkan. Salah satunya, ada perempuan dewasa, kena kanker parah. Saat diterapi, keluar masalahnya: dia selama ini tertekan karena sejak kecil ibunya ga pernah puas sama dia, selalu dibandingkan dengan kakaknya.

7. MENGHAKIMI
Contoh, kakak berantem sama adik, lalu ibu tanpa mau meneliti dulu langsung bilang “kakak jangan nakal sama adik!”, atau anak nilainya jelek, “ini pasti gara2 kamu main game melulu!” 
Tujuan si ibu ngomong gitu adalah untuk memperbaiki perilaku anak, ya kan? Tapi sayang, cara ini ga ngefek. Anak akan merasa sakit hati (terutama kalo dia merasa benar/dituduh secara salah). Lama-lama dia merasa ga disayang, disalahin melulu, dst. 
Ketika anak masih kecil, mungkin masih bisa kita kontrol tapi ketika sudah remaja, jika komunikasi dengan ortu ga bagus, anak akan menjauh dan lebih mendengar kata-kata temannya.

Teknik paling ngefek dalam membangun komunikasi dengan anak adalah dengan cara bertanya (bukan menginterogasi lho) dan dengar jawabannya. Jadi jangan buru-buru menghakimi, biarkan anak menyampaikan argumen, lalu giring dia untuk ambil kesimpulan/penilaian atas perilakunya sendiri. Ini juga berdampak positif: melatih anak berpikir dan menyusun argumen.

8. MENYALAHKAN
Ini sering banget kita lakukan dan terasa wajar. Misal anak numpahin minuman di karpet “ya ampun! Kok numpahin minum aja sih? Liat ni karpet jadi kotor! Hati2 dong!”
Mungkin kita bertanya-tanya emang anak salah, kok ga boleh disalahin? Problemnya ada di gaya bicara. Kalo anak salah ya kita kasih tau, tapi bukan dengan menyalahkan (apalagi plus ngomel, marah, atau melabeli “dasar kamu memang ceroboh!”)
Seperti sudah saya bilang sebelumnya, tujuan kita belajar gaya bicara yang benar adalah agar komunikasi ortu-anak terbangun baik sehingga berbagai masalah besar di masa depan bisa dihindari. Anak yg disalah2in melulu akan tumbuh jd orang yang ga pede, ga kreatif (selalu takut salah), mungkin bisa jadi pembohong (daripada disalahin, mending bohong aja),dll.

Ini yang musti dilatih supaya ortu terbiasa. Jadi refleks saat anak berbuat kesalahan upayakan bukan berupa “menyalahkan”, coba ganti kalimat lain misalnya “waduuh.. jatuh ya.. ayo bantu ibu ngelap karpetnya.. ” (pokoknya tahan lidah, jangan sampai meledak nyalah2in). Saat itupun anak sudah tau kok kalau dia salah. Juga jangan ibu langsung bersihkan sendiri, libatkan anak, biarin dia ikut bersihin.ga bersih gpp, kan masih kecil.. Ibu bantuin bersihkan (bareng2). Di sini ada yang dipelajari anak: menahan emosi (karena anak belajar dengan meniru sikap ibu), bertanggung jawab dan dia tau kalo ga hati-hati, akan ada akibatnya
 
9. MENDIAGNOSIS / MENGANALISIS
Misal tadi, anak jatuh dan minuman di gelas tumpah ke karpet. Ibu ga marah tp bilang gini, “adek tadi pasti jalannya sambil ngelamun ya? trus jadi ga liat nih ada mainan di atas karpet. Coba kalo tadi adek jalan pelan aja, perhatiin kakinya, jangan sampai kesandung..pasti ga bakal tumpah nih susunya.. ”
Kebayang kalo ibu-ibu terbiasa ngomong gini..sampai anak remaja masih rajin menganalisis, pasti dalam hati mereka akan bilang “bawel amat sih emak gue! Sok tau banget!” 
Dalam kondisi begini, ga bakal ngefek ibu nasehat ini-itu karena di pikiran mrk sudah tertanam “ibuku sok tau!” Gawat kan?

Nah, yang sebaiknya dilakukan adalah BERTANYA (bukan interogasi ya). “Waduh..adek kok nilai matematikanya jelek?” (Biarkan anak menganalisis sendiri..jangan langsung bilang “ini pasti karena kamu males bikin PR!”) Bila komunikasi terjalin baik, anak terbuka curhat..misal memang dia ga paham penjelasan guru.. Lalu tanya lagi : “menurutmu, jalan keluarnya apa ya?”
Jadi kalo akhirnya anak les, itu atas kesadaran si anak (dan dia jadi senang menjalaninya) bukan karena hasil analisis ibu “ini pasti gurumu emang payah.. udah, mulai besok kamu les aja!”

10. MENYINDIR
Ibu-ibu sendiri kalo disindir orang enak ga? Pasti kesel kan? sayangnya banyak jg ibu-ibu yg suka nyindir orang, juga nyindir anaknya. Anak2 yang disindir ibunya pun tetap sakit hati, merasa terhina, dan merasa disalahkan.
Contoh: anak lagi sibuk baca buku cerita, padahal rumah berantakan atau belum cuci piring. Ibu sambil beresin rumah, bilang “duh, tuan putri, santai banget nih baca buku, emang enak ya jadi putri, ada pembantu yang ngurusin semuanya!”

11. MEMBERI SOLUSI
“Udah, kamu bobo aja, biar ibu yang beresin mainanmu." 
“ya, sini biar ibu yg bikinin prakarya-nya, kamu kerjakan PR yg lain”
Anak sudah di sekolah, kirim sms buku PR ketinggalan, ibu buru-buru nganter buku PR ke sekolah. Anak mau ujian, buku ga ketemu, sambil ngomel, ibu bantu cariin dan ketemu (kalo ga ketemu, ibu yg pinjem dari anak temennya, lalu ibu yang fotokopi). Sibuk bangeeeet.. ya kan?
Padahal, kita ibu-ibu nih udah banyak urusan: ya masak, nyuci, ngitung duit belanja (dan stress kalo duit ga cukup), taklim, kerja, dll. Masa mau sih merepotkan diri untuk hal-hal yang seharusnya diurus sendiri oleh anak? 
Kebiasaan memberi solusi pada anak, selain merepotkan diri sendiri juga mendidik anak jadi pribadi manja, bergantung ke orang, tidak bertanggung jawab, ga kreatif mencari solusi untuk problemnya sendiri. Maka, STOP berusaha jadi SUPERMOM yang selalu ingin kasih solusi.

Kalo ada masalah, ajak diskusi: menurutmu apa yang sebaiknya kamu lakukan? Bantu anak menemukan solusi masalah, biarkan dia berlatih mikir, bukan kita menyuapinya dengan solusi. Saat dia sudah memilih solusi, fasilitasi, dampingi. 
Misal, anak ga paham-paham matematika. Tanya: menurutmu, musti gimana ya? Kalo dia bilang ingin les, fasilitasi. Kalo ga ada uang, bilang ke anak, dorong dia mencari alternatif lain. Misal: aku mau belajar sama paman (kebetulan psmannya mahasiswa matematika), fasilitasi, misalnya dengan cara mengantar ke rumah paman. 

12. MENYUAP.
“Kalau adek ga rewel nanti ibu beliin eskrim”
“Ssst, main dulu sana. Nanti kalo tamunya sudah pulang ibu kasih uang buat beli mainan. Sekarang jangan ribut ya! Malu sama tamu”
“Ayo beresin mainannya, ntar ibu kasih hadiah”

Ibu-ibu, ini namanya menyuap ya. Kita sekarang benci sama para pejabat yg makan suap tapi kadang kita lupa, sikap senang disuap itu ditumbuhkan oleh ortu. Jangan sampai anak-anak kita besar jadi penyuka suap, mau kerja kalo ada uang pelicin, dll.. naudzu billah..

Tujuan kita menyuap adalah supaya urusan cepet selesai karena itu yang musti diingat: mendidik anak itu memang BUTUH WAKTU makanya jangan sibuk dengan urusan selain anak, biar banyak waktu. 
Jadi kalo anak nangis, kita tetap tenang, ga tergoda menyuap. 

Lakukan antisipasi: saat mau ada tamu, bilang “Nak, nanti ibu ada tamu. Kamu yang tenang ya, jangan rewel. Ibu sayang pada anak yg sopan. Janji ya?” 

Siapkan segala macam mainan. Kalau anak rewel: introspeksi diri jangan-jangan emang udah kelamaan ngobrolnya. Tegas saja ke tamu: "duh, maaf, obrolannya kita sambung kain waktu ya"
Tapi kalo baru 5 menit anak sudah rewel, mungkin karena sering disuap, artinya anak ga tepati janji. Katakan baik2: "ibu kecewa kamu ga tepati janji, tolong tunggu 10 menit lagi, ibu ngobrol dulu dengan tamu, lalu main denganmu dan TEPAT 10 menit, penuhi janji ibu maka anak akan belajar menepati janji.

13. BERBOHONG
Ada tamu, ibu males menemui, bilang ke anak “bilang, ibu ga ada!”
Anak minta jajan, “Ibu ga ada uang!” (Padahal ada, tapi buat keperluan lain)
Anak ga mau makan “ntar ditangkep polisi lho” (selain ngancem, juga bohong, kan polisi ga akan nangkep org yg mogok makan)
Akibat dari bohong ya kita semua udah taulah. Kita benci dibohongi, masa kita latih anak kita jadi pembohong?

komentar:
JLEB..JLEB.. JLEEEEBBBB....
Jelas kita semua paham bahwa 13 gaya komunikasi di atas bukan gaya komunikasi yang baik untuk anak-anak tapi kita tetap melakukannya lagi dan lagi dan lagi.... #duuh
bisa jadi karena kita dulu dididik seperti itu sehingga pola pengasuhannya sudah terpatri di alam bawah sadar kita dan secara tidak sadar kita ulang kembali pada anak-anak kita

Tentu bukan hal yang mudah untuk mengubah itu semua, tapi bukan berarti tidak bisa kan.. 
yuk kita sama-sama benahi cara komunikasi kita dengan anak, ga usah pasang target tinggi-tinggi, sedikit-sedikit dulu, satu per satu kita coba perbaiki, kalo gagal ya ulangi lagi yang penting ada proses menuju ke arah yang lebih baik

in syaa Allah kita semua akan dimampukan, bukankan Allah berfirman di QS Ar-Ra'd ayat 11
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri"  

Wallahu a'lam bissawab


Related Posts

Post a Comment